Dangdut dan Gay. ☺ 🌈
oleh: Henz
Saya tidak suka dangdut dari dulu. Bahkan mungkin sebelum dangdut diciptakan. Sombong? Tidak! Sejak kecil saya memang tidak dibiasakan mendangdut oleh lingkungan.
Saya tinggal di sebuah desa kecil bernama Ribahan yang budaya masyarakatnya jawa banget yang jauh dari istilah dangdut. Di sana masyarakat pada umumnya tidak suka dangdut pun saya. Beda dengan Surabaya yang kebetulan sekarang saya tinggali dimana masyarakatnya maniak dangdut. Bagaimana tidak maniak coba? Siang-siang mereka pasang speaker besar nun keras menyetel musik dangdut koplo via vallen sayang dan nella kharisma jaran goyang (koplo= cabang aliran dangdut dengan tempo cepat). Saya terganggu awalnya. Sebagai orang yang dibesarkan dilingkungan dimana gending-gending jawa diputar saat siang hari di Ribahan, saya, di Surabaya, cuma bisa menutup kuping saya rapat-rapat.
Musik soal selera. Iya ini soal preferensi belaka. Sama seperti orang suka nasi uduk, nasi goreng, nasi aking juga nasi-nasi lain. Mereka tetap manusia yang sama kedudukannya di mata hukum terlepas dari nasi apa yang jadi favorit mereka. Jangan mentang-mentang saya mendeklarasikan diri tak suka dangdut terus kalian menganggap saya anti NKRI sebab menolak fakta bahwa dangdut is the music of my country kata Project Pop. Sekali lagi musik itu soal selera. Sama halnya saat memilih pasangan. Ada yang suka ganteng atau cantik, ada yang suka kaya, ada yang suka kamu, ada juga yang suka dua-duanya, ada juga yang suka sesama lelaki.
Ngomong-ngomong soal gay saya sebetulnya suka sekali membahas topik ini di dalam blog saya. Karena sampai saya berusia 22 tahun, masih buanyak pertanyaan seputar gay yang berputar-putar di kepala saya. Saya punya beberapa teman laki-laki yang kemayu, gemulai, jari ngetril, atau apalah yang super sensitif. Tingkah mereka terkadang lucu juga. Saat itu saya masih SMP dan SMA jadi tak begitu berani bertanya aneh-aneh seputar gay karena memang gay adalah sesuatu yang tabu untuk dibicarakan.
Teman saya, laki-laki kemayu tersebut begitu dekat dengan cewek-cewek di kelas saya. Ia lebih suka ngerumpi bersama cewek-cewek dari pada bermain futsal di lapangan. Gesturnya pun mirip sekali dengan tokoh banci yang sering digambarkan di sinetron-sinetron TV, cuma minus make up saja.
Saya masih ingat saat kami bertemu di depan kelas 7L, ia mencubit saya seraya berkata "Eeee Henz!" Dengan intonasi yang sengaja dibuat-buat imut. Mirip perempuan yang habis dikasih pick up lines dan langsung turn on setelahnya. Saya cuma bisa nyengir melihat tingkah femininnya.
Beberapa orang mengatakan bahwa gay adalah sifat bawaan seseorang dari mereka lahir. Benarkah? Dan beberapa orang lagi bilang penyebab gay adalah masalah parenting yang keliru. Saya tak tahu mana yang benar yang jelas gay itu benar-benar ada. Saya pernah melihat di sebuah pusat perbelanjaan bagaimana dua orang pria ganteng dengan pakaian ketat berjalan bergandengan menuju eskalator. Saya pernah pula melihat bagaimana banci pengamen bermake up menor, berjakun dengan otot kuli di sekitar lengan bagiaan atasnya. Saya pernah pula digerepe-grepe di bus kota oleh seorang pria paruh baya berkumis yang kemudian karena terganggu saya pindah ke depan dekat supir walaupun saya tetap berprasangka baik dengan menganggap pria tadi adalah pencopet.
Gay adalah orientasi seksual seseorang yang suka terhadap sesama jenis. Terkadang saya juga sering diejek gay oleh teman-teman saya lantaran mengkoleksi foto pria-pria berotot dalam komputer saya. Padahal saya menyimpan foto tersebut karena saya memang terobsesi mempunyai otot sekuat Dwine Johnson. Saya terkadang suka meniru gaya feminin para gay ini untuk memancing tawa teman-teman saya. Menurut mereka saya cocok jadi banci. Haha benarkah? Saya sempat takut juga ketika teman-teman mengejek saya banci. Apakah ada kencenderungan saya gay? Well, I don't know. Tapi yang jelas saya lebih suka menonton Yumi Kazama, Asa Akira, dan Tanya Tate di situs dewasa ketika waktu senggang. Yang saya hafal adalah bintang porno wanita jepang dan amerika (bukan pria) setidaknya itu membuat saya sedikit lega tentang kemana perginya kelelakian saya.
Saya bisa melakukan impresi terhadap tingkah feminin pria homoseks sekaligus bisa menjadi segahar Dwine Johnson semua situasional tergantung teman-teman lagi butuh dihibur. Intinya adalah teman-teman saya suka tingkah saya yang melucu sarkas bin satir tentang orientasi seksual. Tapi jauh di dalam saya tak ada rasa tertarik dengan laki-laki. Malahan saya berharap jadi pejantan yang bisa memb**** semua betina. (Ini normal sebagai lelaki kalau cuma berkeinginan) Hahaha saya seksis? Tidak cuma bercanda, hei Anda kaum feminis dan saya anti misoginis!
Tentang wacana gay dimasukkan perkara kriminal oleh MK saya tidak mau pikir panjang menyangkutkan persoalan tersebut kepada agama, atau ideologi lainnya dan berdebat panjang setelahnya. Saya sebagai manusia yang laknat dan ingin enaknya saja dengan kampanye masiv LGBT (gak apa-apa jadi gay) merasa bahwa saingan saya untuk menjadi pejantan tangguh berkurang karena beberapa dari populasi memang suka sesama. Toh gay tidak mengganggu kehidupan saya. Kalau mereka menganggu saya baru deh saya lapor pak polisi.
Obat untuk gay? Saya bukan ahli psikologi atau medis. Jadi mana saya tahu soal gay ini bisa disembuhkan atau tidak bahkan saya tidak tahu kalau gay ini penyakit atau bukan. Kalau memang gay natural dan kehendak alam, ada tidak makhluk selain manusia yang melakukan hubungan seksual sejenis (homoseksual)? Kalau ada ya mungkin memang natural. Kalau tidak ada ya ndak tahu juga cuk saya. Intinya adalah saya bukan manusia yang berkompeten membahas isu LGBT ini. Saya hanya tahu bahwa Kim Kardashian, Alex Morgan, Tanya Tate, Mia Khalifa dan Morgan Brian itu seksi dan bikin saya turn on.
Kembali lagi soal preferensi musik. Sampai sekarang saya tidak habis pikir kenapa beberapa orang begitu suka dangdut. Kalau saya sih hell no karena saya lebih suka gending-gending jawa seperti Tembang Kangen, Si Kucing, Tawangmangu Indah, Semarang Indah, Gubug Asmara, Asmarandan dan Ojo dipleroki. Sama halnya dengan preferensi begituan. Samapai sekarang saya tidak habis pikir kenapa beberapa orang suka sesama gender. Kalau saya sih hell no karena lebih suka meme yang lucu.
Monday, December 25, 2017
Wednesday, December 20, 2017
Pendidikan Kunci Keberhasilan Bangsa Are You Sure?
Pendidikan Kunci Keberhasilan Bangsa Are You Sure?
oleh: HENZ
Saya nggak ngerti apa itu kurikulum sekolah yang baik wong saya bukan menteri kok. Saya nggak tahu apakah UN itu penting atau tidak wong saya aja nggak teredukasi kok. Tapi ada hal membebani selama saya bersekolah di SMP dan SMA. Saya jadi ngerasa bodoh. Iya bodoh. Bodoh karena nilai rapor rata-rata saya jeleknya nauduzubillah sering diremedi tiap semester. Kecuali nilai IPS saya lumayan lah ada gitu kepala delapan atau enggak sembilan. Hen, aku tahu kamu itu goblok tapi jangan kritik pemerintah juga dong. Oke saya nggak akan mengkritik pemerintah.
Sedikit cerita lama. Saya SD berprestasi lo, ikut lomba sepak bola piala pakde juara harapan satu, catur sekecamatan juara dua dan ikut lomba cerdas cermat sekecamatan juga juara dua. Padahal semua itu memang cuma hobi saya; main bola, main catur dan cuma membaca RPUL dunia. Tapi aneh saya tetep dapat yang namanya nilai jelek di akhir semester. Sampai di kelas enam saya mulai coba belajar tekun dan akhirnya di sisa semester kelas enam itu saya bisa ranking satu terus dan membawa saya masuk smp favorit di kecamatan saya. RSBI pula. Wih keren. Matamu!
Saya ikut kelas RSBI yang katanya gurunya bakal berbahasa inggris dan setiap matapelajaran selain bahasa inggris juga disampaikan pakai bahasa inggris bahkan matapelajaran bahasa inggris pun berbahasa inggris tapi prettttttttttttttttttt boro-boro berbahasa ingris pakai komputer aja beberapa guru ada yang nda bisa. Hal bagus dari RSBI adalah kelas kami nggak ada sistem moving class nah sementara kelas lain sering pindah-pindah kelas setiap ganti matapelajaran, kelas lain geratis, kelas kami harus bayar SPP, kelas lain di lantai bawah kelas kami di lantai atas, kelas lain sering diceritakan kenakalannya, kelas kami dipuji karena nilai bagus semua. Sungguh kelas yang sengaja dibuat jomplang berisi anak kutubuku bernilai tinggi yang jauh dari urakan, bandel dan nakal. Jujur saya sebagai mantan preman SD merasa sedikit terasingkan. Saya bagai masuk ke dalam dunia lain berisi anak-anak gila nilai. Bagaimana tidak sebut saja Sino dia ikut beraneka macam bimbel matapelajaran yang ia tidak kuasai demi mendapat ranking di kelas. Evy malah parah dia sengaja selalu membuat cacatan untuk satu buku paket di kelas yang katanya malamnya ia sengaja hafalkan agar saat ulangan dia dapat nilai sempurna dan benar saja saat ulangan yang berbau hafalan ia selalu dapat seratus. Gila. Sayangnya ia tak cantik. Anjing saya mengonjektivikasi lagi! :( Pada dasarnya di kelas tersebut berisi orang-orang pintar dan saya? No saya cuma bisa IPS itupun bukan yang pinter banget lho ya. Bahkan nilai IPS terbaik ya si Evy itu punya.
Kenapa saya bercerita masa kecil saya? Ya soalnya saya pernah menjadi korban. Korban dari ketidakadilan pendidikan di negeri ini. Tidak adil karena pendidikan hanya memintarkan segelintir teman-teman saya bukan saya dan golongan kaum upil udik semi disleksis yang tak tahu caranya hafalan dan mengaplikasikan rumus fisika dengan angka.
Pendidikan Indonesia sungguh didasarkan pada tolok ukur yang hancur. Yaitu nilai, nilai dan nilai semata. Maka jangan heran demi mendapatkan nilai seorang rela beli joki kunci UN, joki skripsi dan joki peti mati. Siswa diharuskan bernilai bagus di semua mata pelajaran. Ininih gobloknya sistem di Indonesia. Semua matapelajaran bagus jadi tidak ada yang master dalam satu bidang. Di Indonesia orang dididik untuk jadi ensiklopedi berjalan. Hell yeah kenapa Anda butuh ensiklo kalau bisa buka internet? Dunia nggak jalan demikian, tuan. Maka jangan heran sekarang orang Indonesia beberapa tidak menikmati proses. Mereka jadi pribadi yang anti sama kegagalan, suka main belakang, dan bermental iwak peyek. Yang dari luarnya saja kelihatannya intelek begitu suruh mengatasi problema main kabur aja. Ngentot tante girang!
Banyak tuh saya dengar rekrutmen CPNS pake bayar 200juta atau lebih. Beberapa orang tua rela lho menjual aset warisan orang tua mereka demi beliin seskripsi, beli SK bupati dan nyogok sana-sini demi lihat anak mereka duduk manis di dinas. Nah terus kalau uang yang didasarkan tolok ukur penerimaan CPNS tanpa mengedepankan skill mau dibawa kemana nasib bangsa ini pak Jony? CPNS itu orang yang akan bekerja di instansi pemerintahan lho kok main ambilnya ngawur sih tidak mengedepankan kemampuannya sih? Maka jangan heran kalau ada ceritanya PNS nyabu di kamar hotel, PNS korupsi, PNS bunuh orang lain. Ya wajarlah! Itu sudah sesuai karena mungkin mereka nggak memakai jasa HRD yang paham psikologis dan skill CPNS, wong rekrutmennya aja udah mirip lelang barang sitaan KPK? Siapa berduit doi tak dipersulit. Itulah semboyan mereka, mungkin.
Oke, mari kembali ke pendidikan yang mencetak sarjana ensiklopedi ini. Ya jadi anak-anak Indonesia ini kok ya saya ngerasanya jadi tahu semua hal tapi tak mahir satupun dari semua hal itu. Jadi kayak penghafal teori orang tanpa berani membuat versi original mereka sendiri. Maka jangan heran lagi walaupun kita dapat dikategorikan sebagai siswa cerdas di sini namun ketika dihadapkan dalam persoalan mengatasi isu kita seperti bingung karena hal logika abstrak seperti itu tak ada di buku yang mereka hafal. Maka jangan heran lagi kalau orang sekelas menteri pun nggak becus ngasih solusi terbaik buat negeri ini. Alih-alih ngasih solusi orang dia malah suruh Anda makan keong! Haha
Jangan heran juga kalau orang lulusan SMP yang pernah di USA saja bisa jadi menteri! Bukan karena dia bodoh terus karena dekat presiden serta merta dipilih jadi menteri. No! Justru karena dia pintar dan beruntung berkat pernah tinggal di USA akhirnya dia bisa mendapat banyak ilmu pengetahuan dari paman Sam. Jangan heran Bob yang lulusan SMA tapi pernah ke Nederland saja bisa sesukses sekarang ini. Terus kisah TKI Korea yang sukses ternak ayam di Jawa Tengah gara-gara dia dapat ilmu ternak negeri gingseng. Ya kenapa bisa begitu? Karena memang seolah-olah menurut boros saya pendidikan Indonesia ini memang dibentuk untuk oleh sistem pasar. Jadi tujuan pendidikan yang tadinya mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa beralih menjadi hukum pasar. Hukum pasar apa tu? Iya hukum pasar, njing! Hukum yang penuh persaingan. Anda jadi tak merdeka saat sekolah dan Anda dipaksa untuk sama dan "hebat" disegala bidang jadi Anda bisa saja kehilangan jati diri Anda sebagai orang yang hobi bermusik karena akan dipandang minus oleh guru-guru SMP Anda yang kolotnya minta ampun itu.
Ini saya kasih fakta, Anda saat sekolah akan dituntut untuk banyak mengerjakan PR dan tugas-tugas nggak penting. Supaya apa? Supaya Anda jadi bodoh karena Anda akan difokuskan untuk mendapat nilai sempurna, Anda bisa lupa bahwa ada hal lain selain persekolahan yang bisa Anda pelajari, seperti naik kuda, menari jaipong dan lain-lain. Anda saat sekolah akan dipaksa untuk taat pada sistem dan ketika sistem tersebut salah Anda tidak diperbolehkan untuk berontak. Misalnya jelas ada pelanggaran ham di seperti dulu saat krismon, sebagian mahasiwa pasti tidak jadi ikut demo sebab saat itu sedang ada perkuliahan.
"Alah ngapain demo, takut ah ntar nggak lulus!" Kata Warmana.
Anda saat sekolah akan dipaksa untuk menyelesaikan studi utamanya kuliah secepat mungkin. Bayangkan ada wacana menteri pendidikan minta kuliah Anda wajib lulus 5 tahun! Itu gila. Apakah bagus? Ya mungkin bagus bagi menteri yang mungkin pinter. Tapi bagi saya tidak sama sekali. Kenapa? Hah Anda ngaco ya pak menteri? Suruh lulus max 5 tahun kalau gak bisa drop out? Takut dikritik ya? Faktanya pemikiran kritis mahasiswa bisa bertambah melalui berorganisasi, pak! Anda harus tahu itu! Dan beberapa mahasiswa bebas memilih berorganisasi dari pada kuliah karena memang kuliah terkadang membosankan. Salahkan saja pengajarnya yang tak bisa membuat mahasiswa jadi penasaran di setiap pertemuannya. Jadi nggak semua mereka bisa lulus lima tahun hey Anda yang mungkin profesor disana! Anda kok ya jijik gitu dengan kami yang nggak lulus-lulus? Santai saja, pak. Oh atau jangan-jangan si naga lagi butuh banyak pekerja terampil dalam waktu dekat ini? Haha lagi-lagi si naga diutamakan. _~
Sekali lagi bagi kalian siswa atau mahasiswa yang ada di Indonesia indah ini dan kalian merasa menjadi manusia terbodoh sedunia ingatlah itu bukan salah kalian. Itu salah sistem yang keliru. Sedikit memparafrasa kata-kata Sammy, Anda tahu tidak kalau di Singapura itu ada denda mahal bagi pembuang sampah sembarangan. Apakah kalau orang Indonesia yang membaca tulisan itu di Singapura membuang sampahnya sembarangan? Saya rasa tidak. Jadi masihkah penting UN? Masih pentingkah full day school? Masih pentingkah lulus secepat-cepetnya? Masih pentingkah kumlaud? Kalau faktanya Anda bisa kaya dengan seribu satu cara bahkan dengan ijazah SMP. :p Jadi buang mindset peluang sukses itu lebih terbuka lebar bagi mereka yang pintar "akademis buatan Indo". Pendidikan bukan buat sukses tapi buat memintarkan SEMUA masyarkat. SEMUA, nyet bukan yang di kelas RSBI doang ya!
oleh: HENZ
Saya nggak ngerti apa itu kurikulum sekolah yang baik wong saya bukan menteri kok. Saya nggak tahu apakah UN itu penting atau tidak wong saya aja nggak teredukasi kok. Tapi ada hal membebani selama saya bersekolah di SMP dan SMA. Saya jadi ngerasa bodoh. Iya bodoh. Bodoh karena nilai rapor rata-rata saya jeleknya nauduzubillah sering diremedi tiap semester. Kecuali nilai IPS saya lumayan lah ada gitu kepala delapan atau enggak sembilan. Hen, aku tahu kamu itu goblok tapi jangan kritik pemerintah juga dong. Oke saya nggak akan mengkritik pemerintah.
Sedikit cerita lama. Saya SD berprestasi lo, ikut lomba sepak bola piala pakde juara harapan satu, catur sekecamatan juara dua dan ikut lomba cerdas cermat sekecamatan juga juara dua. Padahal semua itu memang cuma hobi saya; main bola, main catur dan cuma membaca RPUL dunia. Tapi aneh saya tetep dapat yang namanya nilai jelek di akhir semester. Sampai di kelas enam saya mulai coba belajar tekun dan akhirnya di sisa semester kelas enam itu saya bisa ranking satu terus dan membawa saya masuk smp favorit di kecamatan saya. RSBI pula. Wih keren. Matamu!
Saya ikut kelas RSBI yang katanya gurunya bakal berbahasa inggris dan setiap matapelajaran selain bahasa inggris juga disampaikan pakai bahasa inggris bahkan matapelajaran bahasa inggris pun berbahasa inggris tapi prettttttttttttttttttt boro-boro berbahasa ingris pakai komputer aja beberapa guru ada yang nda bisa. Hal bagus dari RSBI adalah kelas kami nggak ada sistem moving class nah sementara kelas lain sering pindah-pindah kelas setiap ganti matapelajaran, kelas lain geratis, kelas kami harus bayar SPP, kelas lain di lantai bawah kelas kami di lantai atas, kelas lain sering diceritakan kenakalannya, kelas kami dipuji karena nilai bagus semua. Sungguh kelas yang sengaja dibuat jomplang berisi anak kutubuku bernilai tinggi yang jauh dari urakan, bandel dan nakal. Jujur saya sebagai mantan preman SD merasa sedikit terasingkan. Saya bagai masuk ke dalam dunia lain berisi anak-anak gila nilai. Bagaimana tidak sebut saja Sino dia ikut beraneka macam bimbel matapelajaran yang ia tidak kuasai demi mendapat ranking di kelas. Evy malah parah dia sengaja selalu membuat cacatan untuk satu buku paket di kelas yang katanya malamnya ia sengaja hafalkan agar saat ulangan dia dapat nilai sempurna dan benar saja saat ulangan yang berbau hafalan ia selalu dapat seratus. Gila. Sayangnya ia tak cantik. Anjing saya mengonjektivikasi lagi! :( Pada dasarnya di kelas tersebut berisi orang-orang pintar dan saya? No saya cuma bisa IPS itupun bukan yang pinter banget lho ya. Bahkan nilai IPS terbaik ya si Evy itu punya.
Kenapa saya bercerita masa kecil saya? Ya soalnya saya pernah menjadi korban. Korban dari ketidakadilan pendidikan di negeri ini. Tidak adil karena pendidikan hanya memintarkan segelintir teman-teman saya bukan saya dan golongan kaum upil udik semi disleksis yang tak tahu caranya hafalan dan mengaplikasikan rumus fisika dengan angka.
Pendidikan Indonesia sungguh didasarkan pada tolok ukur yang hancur. Yaitu nilai, nilai dan nilai semata. Maka jangan heran demi mendapatkan nilai seorang rela beli joki kunci UN, joki skripsi dan joki peti mati. Siswa diharuskan bernilai bagus di semua mata pelajaran. Ininih gobloknya sistem di Indonesia. Semua matapelajaran bagus jadi tidak ada yang master dalam satu bidang. Di Indonesia orang dididik untuk jadi ensiklopedi berjalan. Hell yeah kenapa Anda butuh ensiklo kalau bisa buka internet? Dunia nggak jalan demikian, tuan. Maka jangan heran sekarang orang Indonesia beberapa tidak menikmati proses. Mereka jadi pribadi yang anti sama kegagalan, suka main belakang, dan bermental iwak peyek. Yang dari luarnya saja kelihatannya intelek begitu suruh mengatasi problema main kabur aja. Ngentot tante girang!
Banyak tuh saya dengar rekrutmen CPNS pake bayar 200juta atau lebih. Beberapa orang tua rela lho menjual aset warisan orang tua mereka demi beliin seskripsi, beli SK bupati dan nyogok sana-sini demi lihat anak mereka duduk manis di dinas. Nah terus kalau uang yang didasarkan tolok ukur penerimaan CPNS tanpa mengedepankan skill mau dibawa kemana nasib bangsa ini pak Jony? CPNS itu orang yang akan bekerja di instansi pemerintahan lho kok main ambilnya ngawur sih tidak mengedepankan kemampuannya sih? Maka jangan heran kalau ada ceritanya PNS nyabu di kamar hotel, PNS korupsi, PNS bunuh orang lain. Ya wajarlah! Itu sudah sesuai karena mungkin mereka nggak memakai jasa HRD yang paham psikologis dan skill CPNS, wong rekrutmennya aja udah mirip lelang barang sitaan KPK? Siapa berduit doi tak dipersulit. Itulah semboyan mereka, mungkin.
Oke, mari kembali ke pendidikan yang mencetak sarjana ensiklopedi ini. Ya jadi anak-anak Indonesia ini kok ya saya ngerasanya jadi tahu semua hal tapi tak mahir satupun dari semua hal itu. Jadi kayak penghafal teori orang tanpa berani membuat versi original mereka sendiri. Maka jangan heran lagi walaupun kita dapat dikategorikan sebagai siswa cerdas di sini namun ketika dihadapkan dalam persoalan mengatasi isu kita seperti bingung karena hal logika abstrak seperti itu tak ada di buku yang mereka hafal. Maka jangan heran lagi kalau orang sekelas menteri pun nggak becus ngasih solusi terbaik buat negeri ini. Alih-alih ngasih solusi orang dia malah suruh Anda makan keong! Haha
Jangan heran juga kalau orang lulusan SMP yang pernah di USA saja bisa jadi menteri! Bukan karena dia bodoh terus karena dekat presiden serta merta dipilih jadi menteri. No! Justru karena dia pintar dan beruntung berkat pernah tinggal di USA akhirnya dia bisa mendapat banyak ilmu pengetahuan dari paman Sam. Jangan heran Bob yang lulusan SMA tapi pernah ke Nederland saja bisa sesukses sekarang ini. Terus kisah TKI Korea yang sukses ternak ayam di Jawa Tengah gara-gara dia dapat ilmu ternak negeri gingseng. Ya kenapa bisa begitu? Karena memang seolah-olah menurut boros saya pendidikan Indonesia ini memang dibentuk untuk oleh sistem pasar. Jadi tujuan pendidikan yang tadinya mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa beralih menjadi hukum pasar. Hukum pasar apa tu? Iya hukum pasar, njing! Hukum yang penuh persaingan. Anda jadi tak merdeka saat sekolah dan Anda dipaksa untuk sama dan "hebat" disegala bidang jadi Anda bisa saja kehilangan jati diri Anda sebagai orang yang hobi bermusik karena akan dipandang minus oleh guru-guru SMP Anda yang kolotnya minta ampun itu.
Ini saya kasih fakta, Anda saat sekolah akan dituntut untuk banyak mengerjakan PR dan tugas-tugas nggak penting. Supaya apa? Supaya Anda jadi bodoh karena Anda akan difokuskan untuk mendapat nilai sempurna, Anda bisa lupa bahwa ada hal lain selain persekolahan yang bisa Anda pelajari, seperti naik kuda, menari jaipong dan lain-lain. Anda saat sekolah akan dipaksa untuk taat pada sistem dan ketika sistem tersebut salah Anda tidak diperbolehkan untuk berontak. Misalnya jelas ada pelanggaran ham di seperti dulu saat krismon, sebagian mahasiwa pasti tidak jadi ikut demo sebab saat itu sedang ada perkuliahan.
"Alah ngapain demo, takut ah ntar nggak lulus!" Kata Warmana.
Anda saat sekolah akan dipaksa untuk menyelesaikan studi utamanya kuliah secepat mungkin. Bayangkan ada wacana menteri pendidikan minta kuliah Anda wajib lulus 5 tahun! Itu gila. Apakah bagus? Ya mungkin bagus bagi menteri yang mungkin pinter. Tapi bagi saya tidak sama sekali. Kenapa? Hah Anda ngaco ya pak menteri? Suruh lulus max 5 tahun kalau gak bisa drop out? Takut dikritik ya? Faktanya pemikiran kritis mahasiswa bisa bertambah melalui berorganisasi, pak! Anda harus tahu itu! Dan beberapa mahasiswa bebas memilih berorganisasi dari pada kuliah karena memang kuliah terkadang membosankan. Salahkan saja pengajarnya yang tak bisa membuat mahasiswa jadi penasaran di setiap pertemuannya. Jadi nggak semua mereka bisa lulus lima tahun hey Anda yang mungkin profesor disana! Anda kok ya jijik gitu dengan kami yang nggak lulus-lulus? Santai saja, pak. Oh atau jangan-jangan si naga lagi butuh banyak pekerja terampil dalam waktu dekat ini? Haha lagi-lagi si naga diutamakan. _~
Sekali lagi bagi kalian siswa atau mahasiswa yang ada di Indonesia indah ini dan kalian merasa menjadi manusia terbodoh sedunia ingatlah itu bukan salah kalian. Itu salah sistem yang keliru. Sedikit memparafrasa kata-kata Sammy, Anda tahu tidak kalau di Singapura itu ada denda mahal bagi pembuang sampah sembarangan. Apakah kalau orang Indonesia yang membaca tulisan itu di Singapura membuang sampahnya sembarangan? Saya rasa tidak. Jadi masihkah penting UN? Masih pentingkah full day school? Masih pentingkah lulus secepat-cepetnya? Masih pentingkah kumlaud? Kalau faktanya Anda bisa kaya dengan seribu satu cara bahkan dengan ijazah SMP. :p Jadi buang mindset peluang sukses itu lebih terbuka lebar bagi mereka yang pintar "akademis buatan Indo". Pendidikan bukan buat sukses tapi buat memintarkan SEMUA masyarkat. SEMUA, nyet bukan yang di kelas RSBI doang ya!
Sunday, December 10, 2017
Gengsi
Gengsi. Setiap orang mempunyai standar tertentu dalam hidupnya. Dimana di zaman now ini standar sering disimbolkan dengan sesuatu yang berkelas. Terlalau banyak simbolisasi ini justru menimbulkan munafik yang diperlombakan. Orang-orang seolah-seolah terlihat begitu menghargai diri sendiri dengan memberi beraneka macam atribut "berkelas" pada lingkungan mereka namun jauh di dalam mereka tidak lagi menghargai dirinya sendiri. Saya juga pernah masuk dalam sistem sosial bernama gengsi ini dulu semoga saja sekarang tidak. Saya pernah hidup dalam simbolisasi standar semu dimana menurut saya itu keren dan saya bisa diterima secara sosial kalau saya memang wow. Saya melapisi diri saya dengan topeng tebal membuat alterego yang tak sesuai dengan kenyataan. Saya pikir dengan mengikuti apa kata arus utama saya akan bahagia nyatanya tidak. Yang saya temukan justru kebodohan yang menjadi-menjadi. Saya digiring menuju roda kapital tanpa saya sadari. Saya terjerumus masuk kedalam ngarai paradigma umum sebuah idealisme yang gelap gulita tanpa tahu kemana arah dan tujuan saya pergi dan bodohnya, saya dengan sadar malah menikmatinya. Saya menggadaikan diri saya untuk sebuah topeng dimana menurut banyak orang topeng itu lucu. Saya masuk lagi kedalam sebuah tong besar kapital dengan sponsornya yang gencar. Apakah Anda pikir saya tidak tahu setelah sekian lama saya mencari tetapi tidak menemukan?
Pada akhirnya saya sadar juga bahwa semua kemunafikan yang saya buat untuk diri saya sendiri sudah keterlaluan. Saya melupakan esensi saya dalam hidup ini hanya demi beberapa validasi receh yang anehnya justru saya sangat saya idam-idamkan. Ingat validasi itu tidak ada nilanya, kawan. Itu hanya membuat saya diterima secara sosial, dikagumi secara mungkin ikhlas dan tidak ikhlas atau justru membuat saya merasa kurang karena si validasi ini tak memunculkan responnya. Validasi ini begitu kosong dan tidak ada manfaatnya (setidaknya bagi saya yang sekarang) tapi begitu powerful hingga bisa menyedot banyak orang untuk merasakan sedikit sensasinya. Intinya adalah saya mungkin juga beberapa dari Anda menjadi hamba sahaya bagi hal absurd bernama pride, gengsi, persetujuan, kata khalayak atau apalah istilahnya itu. Saya akan memberi contohnya dalam kasus cowok (karena saya cowok); males jalan kaki karena panas dan lebih memilih kendaraan bermotor padahal jarak yang dituju lumayan dekat, mengkredit barang apapun yang tak berguna tapi dipaksakan soalnya hanya kepingin ngerasain punya barang tersebut karena di sinetron para pemerannya pake barang tersebut, takut dijudge orang sehingga menggadaikan identitas diri mereka agar diterima oleh semua orang, dan masih banyak lagi contoh lainnya yang malas untuk saya sebutkan satu-satu. Ini toksik sekali, guys! Tapi saya mempunyai sebuah penawar untuk ini. Sebuah antidot untuk membuat Anda merasa nyaman menjadi diri sendiri yang lebih produktif tentunya. Satu kalimat: Jadilah diri sendiri! Haha mungkin klise dan Anda sudah bosan mungkin mendengarnya dari kutipan film favorit Anda tapi tahukah Anda makna di dalam kata-kata tersebut? Jadi diri sendiri menurut saya adalah lakukan apapun yang Anda ingin lakukan tanpa mencari-mencari persetujuan dari orang lain. Kalau Anda ingin mengenakan baju yang menurut orang lain jelek tapi Anda ingin memakainya silakan pakai itu, kalau Anda ingin sombong berkata bahwa mimpi Anda adalah pergi kebulan dan membuat istana pasir disana silakan katakan itu pada teman-teman Anda, kalau Anda ingin berteriak-teriak bahagia di depan kekasih Anda lalukan saja. Tidak ada satupun dari mereka yang peduli. Selalu ingat bahwa Anda tidak hidup dari apa kata orang. Kalau semua orang punya mentalitas hidup ideal adalah menurut apa kata orang, Einstein tak akan bisa menemukan rumus relativitas karena ia takut dihujat orang gilang karena menentang hukum gravitasi Newton, Wright bersaudara pasti sudah menanggalkan mimpinya membuat pesawat terbang kalau mereka mendengarkan cemoohan masyarakat yang menganggap mereka gila saat mereka membuat eksperimen terbang, dan Steve Jobs tak akan mungkin berani merilis iPhone full touchscreen saat orang masih mengagungkan Nokia dan Blackberry dengan keypadnya yang mengasyikkan untuk multimedia. Inovasi datang dari kegilaan. Yah baik Einstein, Wright dan Jobs mereka adalah orang gila karena mereka mampu berkata tidak pada APA KATA ORANG dan membuat jalan mereka sendiri.
Pada akhirnya saya sadar juga bahwa semua kemunafikan yang saya buat untuk diri saya sendiri sudah keterlaluan. Saya melupakan esensi saya dalam hidup ini hanya demi beberapa validasi receh yang anehnya justru saya sangat saya idam-idamkan. Ingat validasi itu tidak ada nilanya, kawan. Itu hanya membuat saya diterima secara sosial, dikagumi secara mungkin ikhlas dan tidak ikhlas atau justru membuat saya merasa kurang karena si validasi ini tak memunculkan responnya. Validasi ini begitu kosong dan tidak ada manfaatnya (setidaknya bagi saya yang sekarang) tapi begitu powerful hingga bisa menyedot banyak orang untuk merasakan sedikit sensasinya. Intinya adalah saya mungkin juga beberapa dari Anda menjadi hamba sahaya bagi hal absurd bernama pride, gengsi, persetujuan, kata khalayak atau apalah istilahnya itu. Saya akan memberi contohnya dalam kasus cowok (karena saya cowok); males jalan kaki karena panas dan lebih memilih kendaraan bermotor padahal jarak yang dituju lumayan dekat, mengkredit barang apapun yang tak berguna tapi dipaksakan soalnya hanya kepingin ngerasain punya barang tersebut karena di sinetron para pemerannya pake barang tersebut, takut dijudge orang sehingga menggadaikan identitas diri mereka agar diterima oleh semua orang, dan masih banyak lagi contoh lainnya yang malas untuk saya sebutkan satu-satu. Ini toksik sekali, guys! Tapi saya mempunyai sebuah penawar untuk ini. Sebuah antidot untuk membuat Anda merasa nyaman menjadi diri sendiri yang lebih produktif tentunya. Satu kalimat: Jadilah diri sendiri! Haha mungkin klise dan Anda sudah bosan mungkin mendengarnya dari kutipan film favorit Anda tapi tahukah Anda makna di dalam kata-kata tersebut? Jadi diri sendiri menurut saya adalah lakukan apapun yang Anda ingin lakukan tanpa mencari-mencari persetujuan dari orang lain. Kalau Anda ingin mengenakan baju yang menurut orang lain jelek tapi Anda ingin memakainya silakan pakai itu, kalau Anda ingin sombong berkata bahwa mimpi Anda adalah pergi kebulan dan membuat istana pasir disana silakan katakan itu pada teman-teman Anda, kalau Anda ingin berteriak-teriak bahagia di depan kekasih Anda lalukan saja. Tidak ada satupun dari mereka yang peduli. Selalu ingat bahwa Anda tidak hidup dari apa kata orang. Kalau semua orang punya mentalitas hidup ideal adalah menurut apa kata orang, Einstein tak akan bisa menemukan rumus relativitas karena ia takut dihujat orang gilang karena menentang hukum gravitasi Newton, Wright bersaudara pasti sudah menanggalkan mimpinya membuat pesawat terbang kalau mereka mendengarkan cemoohan masyarakat yang menganggap mereka gila saat mereka membuat eksperimen terbang, dan Steve Jobs tak akan mungkin berani merilis iPhone full touchscreen saat orang masih mengagungkan Nokia dan Blackberry dengan keypadnya yang mengasyikkan untuk multimedia. Inovasi datang dari kegilaan. Yah baik Einstein, Wright dan Jobs mereka adalah orang gila karena mereka mampu berkata tidak pada APA KATA ORANG dan membuat jalan mereka sendiri.
Friday, December 8, 2017
Daging Sapi or Eiww Keong Sawah bukan Keong Racun
Kinerja rezim zaman now: (1) Beras mahal, Menko minta rakyat diet, tak banyak makan. (2) Bawang putih mahal, Mendag suruh tak usah makan bawang. (3) Cabe rawit mahal, Mendag suruh tanam sendiri di rumah. (4) Daging mahal, Mentan suruh rakyat makan keong sawah.
oleh: DTekad
Haha pemerintah memang cenderung mencari cara instan untuk mengatasi masalah dimana cara instan tersebut terkesan tidak berkelanjutan. Menteri kok ya ngaco? Negeri ini adalah negeri agraris, subur dan makmur (sudah pasti) tapi kenapa masih harga-harga kebutuhan pokok mahal bagi sebagian masyarakat? Sementara bukannya mengungkapkan solusi cerdas justru pemerintah melalui menterinya mengungkapkan solusi instan semi-semi lepas tanggung jawab dengan logika anak SD. Iya, pemerintah masih saja beranggapan kalau rakyat 250.000 itu kebanyakan bermental tulalit ala anak SD. Pernyataan menteri yang bilang bahwa kalau sapi mahal mending makan keong sawah adalah yang terbaru. Seolah-olah pemerintah mengajarkan kita kalau kalau ada masalah mending kabur aja dan gak usah dihadepin. Harusnya sebagai pemerintah melalui menterinya, seenggaknya mereka bisa memberikan delusilah (kalau gak bisa ngasih solusi) yaitu dengan pede bilang bahwa
"Yups pemerintah akan mengupayakan agar harga daging sapi turun melalui operasi pasar. Warga dihimbau untuk tetap tenang." Seharusnya pemerintah bilang gitu. Meskipun tidak benar -benar melakukan operasi pasar toh mereka memberi rasa secure pada rakyat bahwa mereka telah bekerja bukannya memberi pernyataan instan seperti diet, tanam sendiri atau makan keong sawah wih kalau saya suruh makan keong sawah ya jijik, pak. Sombong? Matamu wong jelas-jelas mereka berlendir kok. Dengan pernyataan instan logika anak SD tersebut seolah mengisyaratkan kalau pemerintah tidak punya power dalam bidang ekonomi utamanya menstabilkan harga. Alah wong dulu aja daging sapi ekspor dari Australi punyanya pak A**** ****** kok. Gitu mau maju?
Negeri ini negeri agraris harusnya kebutuhan pokok seperti daging itu bisa dipenuhi dan murah. Hey bung lihat hijauan di kampungmu buanyak masa sapi gak bisa produksi sendiri, hadeuh. Harusnya pemerintah melakukan upaya pembinaan petani sapi secara masiv itu saran koplo saya. Sekali lagi saya tegaskan bahwa hijauan itu banyak, lahan banyak, limbah pertanian apalagi yang kurang adalah peran pemerintah dalam pengadaan alat-alat pertanian. Itu saja. Harusnya bisa dong para petani sapi di desa-desa itu untuk dikapitalisasi? Biar produksi sapi meningkat dan harganya bisa terjangkau tidak main impor saja sukur-sukur bisa ekspor. Tapi pemerintah kan lagi sibuk sama si naga-naga itu tuh yang ngasih pajak bejibun sehingga rakyat agraria dianak tirikan. Industrialisasi aja terus dengan caplok lahan produktif warga dibangunin pabrik toh pajaknya yang gede bisa bikin buat bayar PNS. Kasih itu naga-naga kuasai rupiah sampai 90% biar dapet pajak toh itukan yang pemerintah mau? Walaupun kesian rakyat kecil kurang gizi, beli daging yang merupakan kebutuhan pokok aja gak mampu suruh makan keong sawah. Hiiii gua mah ogah!
oleh: DTekad
Haha pemerintah memang cenderung mencari cara instan untuk mengatasi masalah dimana cara instan tersebut terkesan tidak berkelanjutan. Menteri kok ya ngaco? Negeri ini adalah negeri agraris, subur dan makmur (sudah pasti) tapi kenapa masih harga-harga kebutuhan pokok mahal bagi sebagian masyarakat? Sementara bukannya mengungkapkan solusi cerdas justru pemerintah melalui menterinya mengungkapkan solusi instan semi-semi lepas tanggung jawab dengan logika anak SD. Iya, pemerintah masih saja beranggapan kalau rakyat 250.000 itu kebanyakan bermental tulalit ala anak SD. Pernyataan menteri yang bilang bahwa kalau sapi mahal mending makan keong sawah adalah yang terbaru. Seolah-olah pemerintah mengajarkan kita kalau kalau ada masalah mending kabur aja dan gak usah dihadepin. Harusnya sebagai pemerintah melalui menterinya, seenggaknya mereka bisa memberikan delusilah (kalau gak bisa ngasih solusi) yaitu dengan pede bilang bahwa
"Yups pemerintah akan mengupayakan agar harga daging sapi turun melalui operasi pasar. Warga dihimbau untuk tetap tenang." Seharusnya pemerintah bilang gitu. Meskipun tidak benar -benar melakukan operasi pasar toh mereka memberi rasa secure pada rakyat bahwa mereka telah bekerja bukannya memberi pernyataan instan seperti diet, tanam sendiri atau makan keong sawah wih kalau saya suruh makan keong sawah ya jijik, pak. Sombong? Matamu wong jelas-jelas mereka berlendir kok. Dengan pernyataan instan logika anak SD tersebut seolah mengisyaratkan kalau pemerintah tidak punya power dalam bidang ekonomi utamanya menstabilkan harga. Alah wong dulu aja daging sapi ekspor dari Australi punyanya pak A**** ****** kok. Gitu mau maju?
Negeri ini negeri agraris harusnya kebutuhan pokok seperti daging itu bisa dipenuhi dan murah. Hey bung lihat hijauan di kampungmu buanyak masa sapi gak bisa produksi sendiri, hadeuh. Harusnya pemerintah melakukan upaya pembinaan petani sapi secara masiv itu saran koplo saya. Sekali lagi saya tegaskan bahwa hijauan itu banyak, lahan banyak, limbah pertanian apalagi yang kurang adalah peran pemerintah dalam pengadaan alat-alat pertanian. Itu saja. Harusnya bisa dong para petani sapi di desa-desa itu untuk dikapitalisasi? Biar produksi sapi meningkat dan harganya bisa terjangkau tidak main impor saja sukur-sukur bisa ekspor. Tapi pemerintah kan lagi sibuk sama si naga-naga itu tuh yang ngasih pajak bejibun sehingga rakyat agraria dianak tirikan. Industrialisasi aja terus dengan caplok lahan produktif warga dibangunin pabrik toh pajaknya yang gede bisa bikin buat bayar PNS. Kasih itu naga-naga kuasai rupiah sampai 90% biar dapet pajak toh itukan yang pemerintah mau? Walaupun kesian rakyat kecil kurang gizi, beli daging yang merupakan kebutuhan pokok aja gak mampu suruh makan keong sawah. Hiiii gua mah ogah!
Thursday, December 7, 2017
Hukum Indonesia Tumpul, Yakin?
Kenapa Koruptor Divonis Penjara Lebih Ringan Dari Pada Maling Ayam?
Oleh: Henz
Ada pertanyaan dari rekan sejawat saya yang menyatakan
"Kok koruptor cuma dihukum 3 tahun, ya? Sementara tetanggaku maling ayam divonis 4 tahun penjara. Hukum Indonesia lancip di bawah tumpul di diatas. Mana katanya keadilan dan setara dimata hukum?" Ujarnya agak sebal.
Rekan sejawat saya ini sejujurnya yang goblok. Ia tak tahu apa itu keadilan sejati. Ia tak memakai logika isi kepalanya untuk menelaah permasalahan. Membandingkan maling ayam dan koruptor tentu bagaikan membandingkan minyak dan air. Tak sama walaupun sama-sama zat cair. Tak sama walaupun sama-sama maling. Kalau boleh saya pukul dia punya rahang, rekan sejawat saya ini sudah pasti saya K.O. Koruptor dan maling ayam tersebut beda (BANGET). Untuk menjadi koruptor diperlukan effort yang tidak mudah. Waktu sekolah dulu ia belajar mati-mati supaya pas ujian dapet nilai bagus. Belum lagi koruptor ini mayoritas kuliah dan jelas biaya kuliah tak sedikit. Mereka ikut partai melakukan berbagai macam agenda partai yang cukup melelahkan. Kemudian terkadang mereka harus juak aset seperti tanah, rumah, dan kendaraan bermotor untuk kampanye.
Perjuangan mereka untuk sampai ke puncak dan mendapatkan dukungan dari masyarakat sangatlah panjang. Mereka mendaki tangga hirarki sosial tersebut perlahan dan pasti. Bangsa kita adalah bangsa yang sangat menghargai arti dari sebuah kerja keras. Biaya sekolah mahal, kampanye mahal, wajar dong bapak-bapak dan ibu-ibu mafia ini minta ganti rugi. Kenapa dihukum lebih ringan? Ya karena korupsi memang bukan tindak pidana berat. Korupsi tidak lebih buruk dari menghina atau mencemarkan nama baik. Korupsi itu cuma ngambil beberapa persen dari proyek toh diambil beberapa persenpun proyek tetep jadi dengan kalkulasi biaya pembangunan yang digelembungkan. Jadi apa masalahnya sama koruptor? Toh mereka juga berjasa dalam hal pembangunan. Ada atau tidaknya koruptor tidak akan berdampak pada proyek yang dikerjakan pemerintah. Ambil contoh pembangunan gedung olahraga. Kalau tak ada koruptor ya anggarannya sedikit gedungnya jadi plus kokoh. Kalau ada koruptor gedungnya tetep jadi biayanya agak mahal gak ada angin hujan ataupun gempa tiga tahun tembok pada retak INGAT tapi tetep jadi loh ya. Kalau ada koruptor yang bilang katakan tidak pada korupsi tapi malah korupsi bangunannya gak jadi pun uangnya dibawa lari.
Koruptor memang sudah jadi budaya kok di negeri ini kenapa harus malu mengakuinya. Contoh recehnya adalah; Ngurus sim biar cepat bayar joki, kena tilang ada uang damai yang lebih murah, perijinan perusahaan biar cepet sogok sana-sini, biar jadi pns harus bayar 200juta, biar bisa masuk sma favorit bayar uang bangku, biar kepilih bagi-bagi duit ke rakyat. Itulah sepakterjang para koruptor di Indonesia. Saya juga pernah korupsi kok seperti damai sama polisi, memperkosa kembang desa. Intinya adalaha untuk menjawab pertanyaan rekan sejawat saya tentang korupsi perlu sedikit pemahaman. Here we go, maling ayam tidak memberi kontribusi bagi bangsa dan negara. Ia bodoh, tak teredukasi, preman koplo. Maka sudah sepatutnya hukumannya lebih lama. Sementara koruptor lebih terhormat, pintar, kaya dan berjasa bagi negara lewat pemikiran jeniusnya walaupun munafik pada akhirnya. At least dia saat nyolong pun masih berkontribusilah bagi bangsa dan negara. Dia bisa nyewa pengacara, nyewa hakim, nyewa dokter dan nyewa-nyewa yang lain agar dia terbebas dari jeratan hukum. Bangsa kita juga menghargai jasa para pahlawankan? Emang koruptor pahlawan? Kalau dilihat dari profesi mereka yang rata-rata anggota pemerintahan ya jelas sedikit banyak berjasa. Maka dari itu, koruptor dihukum ringan dan didenda ringan (karena uangnya juga udah dicuci mana bisa balik). Habis dihukum mereka bebas dan ngelanjutin bisnis mereka aja dari uang hasil cucian mereka. Hidup bahagia hingga ke surga. Jadi masih mau protes lagi kenapa koruptor lebih diistimewakan dari pada maling-maling kroco yang lainnya? Mikir, ndeso!
Saturday, December 2, 2017
SetNov
Kenapa Anda korupsi?
oleh: Henz
Melihat drama papa yang berkepanjangan seolah saya sebagai kaum buruh upah umr cuma bisa ngelus dada saya yang rata. Mulai dari pra peradilan yang beliau berhasil lolos dari jeratan hukum sampai kecelakaan beliau yang entah kenapa bisa menabrak tiang listrik padahal tiang lampu yang kening beliau membenjol sebesar bakpao padahal sebesar biji pel ehm pisang pun tidak sampai. Waktu pra peradilan pertama beliau sakit dan diharuskan mendapatkan operasi pasang ring jantung setelah menurut putusan hakim beliau tidak bersalah beliau alhamdulillah sembuh dan sehat wal afiat.
Sepak terjang Papa memang seolah memberikan kita sebuah tontonan sinetron yang endingnya menggantung. Membuat saya dan mungkin Anda jadi penasaran apa sih langkah selanjutnya yang akan Papah ambil. Sejujurnya saya merasa iba melihatnya dizolimi oleh keadaan yang seolah tidak memihak beliau.
Pengacara papa yang suka kemewahan aja dikritik. -__- Ya ampun pah-pah. Sesungguhnya yang bilang gak suka kemewahan itu patut dicurigai munafik lho. Fredrich hanya bilang hal jujur bahwa ia suka kemewahan. Apakakah paman Fredrich salah? Belum tentu. Nama beliau aja Fred-RICH. Fred yang kaya. Wajar gak sih suka kemewahan? Wajar, dong! Saya kalau boleh milih jadi orang susah atau mewah yang jelas dong saya pilih mana. Saya gak gila, dok!
Ada yang bilang papa ini licinnya minta ampun. Maksudnya licin? Sulit ditangkep? Ya enggaklah. Buktinya beliau sekarang cukup kooperatif kok dengan memakai seragam rompi orange. Beliau masih jadi ketum sebuah partai besar di republik ini yang katanya di TV-TV kelihatannya mulai kekurangan elektabilitas setidaknya saat tulisan ini dibuat. Beliau ini representasi kalau di one piece tokoh utamanya yaitu Luffy-san kuat dan berani. Semoga saja di persidangan nanti Papa tidak mendapatkan aral dan rintangan apapun serta sehat walafiat. Kalau terbukti memang terlibat korupsi megaproyek ektp, ya dihukum dong ya beliaunya, hartanya hasil korupsi di sita dan plus didenda. Kalau tidak terbukti bersalah dan lolos, ya memang hukum itu adil bagi mereka yang difitnah. Kalau terbukti bersalah dan tidak dihukum. Berarti bener nih orang emang belut.
oleh: Henz
Melihat drama papa yang berkepanjangan seolah saya sebagai kaum buruh upah umr cuma bisa ngelus dada saya yang rata. Mulai dari pra peradilan yang beliau berhasil lolos dari jeratan hukum sampai kecelakaan beliau yang entah kenapa bisa menabrak tiang listrik padahal tiang lampu yang kening beliau membenjol sebesar bakpao padahal sebesar biji pel ehm pisang pun tidak sampai. Waktu pra peradilan pertama beliau sakit dan diharuskan mendapatkan operasi pasang ring jantung setelah menurut putusan hakim beliau tidak bersalah beliau alhamdulillah sembuh dan sehat wal afiat.
Sepak terjang Papa memang seolah memberikan kita sebuah tontonan sinetron yang endingnya menggantung. Membuat saya dan mungkin Anda jadi penasaran apa sih langkah selanjutnya yang akan Papah ambil. Sejujurnya saya merasa iba melihatnya dizolimi oleh keadaan yang seolah tidak memihak beliau.
Pengacara papa yang suka kemewahan aja dikritik. -__- Ya ampun pah-pah. Sesungguhnya yang bilang gak suka kemewahan itu patut dicurigai munafik lho. Fredrich hanya bilang hal jujur bahwa ia suka kemewahan. Apakakah paman Fredrich salah? Belum tentu. Nama beliau aja Fred-RICH. Fred yang kaya. Wajar gak sih suka kemewahan? Wajar, dong! Saya kalau boleh milih jadi orang susah atau mewah yang jelas dong saya pilih mana. Saya gak gila, dok!
Ada yang bilang papa ini licinnya minta ampun. Maksudnya licin? Sulit ditangkep? Ya enggaklah. Buktinya beliau sekarang cukup kooperatif kok dengan memakai seragam rompi orange. Beliau masih jadi ketum sebuah partai besar di republik ini yang katanya di TV-TV kelihatannya mulai kekurangan elektabilitas setidaknya saat tulisan ini dibuat. Beliau ini representasi kalau di one piece tokoh utamanya yaitu Luffy-san kuat dan berani. Semoga saja di persidangan nanti Papa tidak mendapatkan aral dan rintangan apapun serta sehat walafiat. Kalau terbukti memang terlibat korupsi megaproyek ektp, ya dihukum dong ya beliaunya, hartanya hasil korupsi di sita dan plus didenda. Kalau tidak terbukti bersalah dan lolos, ya memang hukum itu adil bagi mereka yang difitnah. Kalau terbukti bersalah dan tidak dihukum. Berarti bener nih orang emang belut.
Subscribe to:
Comments (Atom)



