Monday, December 25, 2017

Dangdut dan Gay

Dangdut dan Gay. ☺ 🌈
oleh: Henz

Saya tidak suka dangdut dari dulu. Bahkan mungkin sebelum dangdut diciptakan. Sombong? Tidak! Sejak kecil saya memang tidak dibiasakan mendangdut oleh lingkungan.
Saya tinggal di sebuah desa kecil bernama Ribahan yang budaya masyarakatnya jawa banget yang jauh dari istilah dangdut. Di sana masyarakat pada umumnya tidak suka dangdut pun saya. Beda dengan Surabaya yang kebetulan sekarang saya tinggali dimana masyarakatnya maniak dangdut. Bagaimana tidak maniak coba? Siang-siang mereka pasang speaker besar nun keras menyetel musik dangdut koplo via vallen sayang dan nella kharisma jaran goyang (koplo= cabang aliran dangdut dengan tempo cepat). Saya terganggu awalnya. Sebagai orang yang dibesarkan dilingkungan dimana gending-gending jawa diputar saat siang hari di Ribahan, saya, di Surabaya, cuma bisa menutup kuping saya rapat-rapat.
Musik soal selera. Iya ini soal preferensi belaka. Sama seperti orang suka nasi uduk, nasi goreng, nasi aking juga nasi-nasi lain. Mereka tetap manusia yang sama kedudukannya di mata hukum terlepas dari nasi apa yang jadi favorit mereka. Jangan mentang-mentang saya mendeklarasikan diri tak suka dangdut terus kalian menganggap saya anti NKRI sebab menolak fakta bahwa dangdut is the music of my country kata Project Pop. Sekali lagi musik itu soal selera. Sama halnya saat memilih pasangan. Ada yang suka ganteng atau cantik, ada yang suka kaya, ada yang suka kamu, ada juga yang suka dua-duanya, ada juga yang suka sesama lelaki.
Ngomong-ngomong soal gay saya sebetulnya suka sekali membahas topik ini di dalam blog saya. Karena sampai saya berusia 22 tahun, masih buanyak pertanyaan seputar gay yang berputar-putar di kepala saya. Saya punya beberapa teman laki-laki yang kemayu, gemulai, jari ngetril, atau apalah yang super sensitif. Tingkah mereka terkadang lucu juga. Saat itu saya masih SMP dan SMA jadi tak begitu berani bertanya aneh-aneh seputar gay karena memang gay adalah sesuatu yang tabu untuk dibicarakan.
Teman saya, laki-laki kemayu tersebut begitu dekat dengan cewek-cewek di kelas saya. Ia lebih suka ngerumpi bersama cewek-cewek dari pada bermain futsal di lapangan. Gesturnya pun mirip sekali dengan tokoh banci yang sering digambarkan di sinetron-sinetron TV, cuma minus make up saja.
Saya masih ingat saat kami bertemu di depan kelas 7L, ia mencubit saya seraya berkata "Eeee Henz!" Dengan intonasi yang sengaja dibuat-buat imut. Mirip perempuan yang habis dikasih pick up lines dan langsung turn on setelahnya. Saya cuma bisa nyengir melihat tingkah femininnya.
Beberapa orang mengatakan bahwa gay adalah sifat bawaan seseorang dari mereka lahir. Benarkah? Dan beberapa orang lagi bilang penyebab gay adalah masalah parenting yang keliru. Saya tak tahu mana yang benar yang jelas gay itu benar-benar ada. Saya pernah melihat di sebuah pusat perbelanjaan bagaimana dua orang pria ganteng dengan pakaian ketat berjalan bergandengan menuju eskalator. Saya pernah pula melihat bagaimana banci pengamen bermake up menor, berjakun dengan otot kuli di sekitar lengan bagiaan atasnya. Saya pernah pula digerepe-grepe di bus kota oleh seorang pria paruh baya berkumis yang kemudian karena terganggu saya pindah ke depan dekat supir walaupun saya tetap berprasangka baik dengan menganggap pria tadi adalah pencopet.
Gay adalah orientasi seksual seseorang yang suka terhadap sesama jenis. Terkadang saya juga sering diejek gay oleh teman-teman saya lantaran mengkoleksi foto pria-pria berotot dalam komputer saya. Padahal saya menyimpan foto tersebut karena saya memang terobsesi mempunyai otot sekuat Dwine Johnson. Saya terkadang suka meniru gaya feminin para gay ini untuk memancing tawa teman-teman saya. Menurut mereka saya cocok jadi banci. Haha benarkah? Saya sempat takut juga ketika teman-teman mengejek saya banci. Apakah ada kencenderungan saya gay? Well, I don't know. Tapi yang jelas saya lebih suka menonton Yumi Kazama, Asa Akira, dan Tanya Tate di situs dewasa ketika waktu senggang. Yang saya hafal adalah bintang porno wanita jepang dan amerika (bukan pria) setidaknya itu membuat saya sedikit lega tentang kemana perginya kelelakian saya.
Saya bisa melakukan impresi terhadap tingkah feminin pria homoseks sekaligus bisa menjadi segahar Dwine Johnson semua situasional tergantung teman-teman lagi butuh dihibur. Intinya adalah teman-teman saya suka tingkah saya yang melucu sarkas bin satir tentang orientasi seksual. Tapi jauh di dalam saya tak ada rasa tertarik dengan laki-laki. Malahan saya berharap jadi pejantan yang bisa memb**** semua betina. (Ini normal sebagai lelaki kalau cuma berkeinginan) Hahaha saya seksis? Tidak cuma bercanda, hei Anda kaum feminis dan saya anti misoginis!

Tentang wacana gay dimasukkan perkara kriminal oleh MK saya tidak mau pikir panjang menyangkutkan persoalan tersebut kepada agama, atau ideologi lainnya dan berdebat panjang setelahnya. Saya sebagai manusia yang laknat dan ingin enaknya saja dengan kampanye masiv LGBT  (gak apa-apa jadi gay) merasa bahwa saingan saya untuk menjadi pejantan tangguh berkurang karena beberapa dari populasi memang suka sesama. Toh gay tidak mengganggu kehidupan saya. Kalau mereka menganggu saya baru deh saya lapor pak polisi.
Obat untuk gay? Saya bukan ahli psikologi atau medis. Jadi mana saya tahu soal gay ini bisa disembuhkan atau tidak bahkan saya tidak tahu kalau gay ini penyakit atau bukan. Kalau memang gay natural dan kehendak alam, ada tidak makhluk selain manusia yang melakukan hubungan seksual sejenis (homoseksual)? Kalau ada ya mungkin memang natural. Kalau tidak ada ya ndak tahu juga cuk saya. Intinya adalah saya bukan manusia yang berkompeten membahas isu LGBT ini. Saya hanya tahu bahwa Kim Kardashian, Alex Morgan, Tanya Tate, Mia Khalifa dan Morgan Brian itu seksi dan bikin saya turn on.
Kembali lagi soal preferensi musik. Sampai sekarang saya tidak habis pikir kenapa beberapa orang begitu suka dangdut. Kalau saya sih hell no karena saya lebih suka gending-gending jawa seperti Tembang Kangen, Si Kucing, Tawangmangu Indah, Semarang Indah, Gubug Asmara, Asmarandan dan Ojo dipleroki. Sama halnya dengan preferensi begituan. Samapai sekarang saya tidak habis pikir kenapa beberapa orang suka sesama gender. Kalau saya sih hell no karena lebih suka meme yang lucu.

2 comments: